Article Detail
Permasalahan Anak dan Cara Mengatasi
Sebagai orang tua kita semua pasti pernah menghadapi dan mengalami beragam permasalahan anak. Perilaku anak terkadang membuat orang tua merasa jengkel dan diuji kesabarannya. Banyak orang tua yang merasa pusing menghadapi perilaku anak, dan terkadang merasa bingung bagaimana cara mengatasi dan menyikapi masalah yang dihadapi anak. Itu semua saya amati saat saya mendampingi anak-anak Pra TK (usia 3-4 tahun) beserta dengan orang tuanya dalam proses belajar online, beberapa orang tua ada yang tidak sabar, suara meninggi, bahkan sampai marah-marah saat anaknya berulah. Saya mengamati ada 3 permasalahan yang sering terjadi pada anak-anak saat saya mendampingi proses belajar online antara lain:
1. Anak Cengeng
Ini adalah bagian normal dari emosi yang dialami pada masa kanak-kanak. Anak yang terlalu sensitif akan merespons rasa sedih, marah, kecewa, dan malu dengan menangis. Permasalahan sepele pun bisa membuatnya menangis. Terkadang, orangtua menjadi jengkel dengan perilaku anaknya. Setelah saya amati beberapa faktor penyebab si anak menangis dan menjadi cengeng biasanya adalah,
• Lelah dan mengantuk
• Bosan/jenuh
• Lapar dan haus
• Stres
• Ingin diperhatikan
• Ingin sesuatu
• Sedih
Berikut ini adalah beberapa cara mengatasi permasalahan anak yang cengeng :
• Menjadi Role Model
Cara mengatasi anak yang cengeng, kita harus bisa menjadi contoh yang baik mengenai ungkapan emosi dan kondisi saat menangis. Biasanya mereka akan mengamati bagaimana cara orangtuanya mengatasi emosi dan tangisan mereka dan akan menirunya.
• Jelaskan bahwa menangis adalah hal yang manusiawi
Kita jangan sampai melarang anak menangis. Tangisan bukan merupakan hal yang buruk, melainkan hal yang normal. Setiap manusia perlu melampiaskan emosinya, dan menangis adalah salah satu caranya. Yang perlu kita lakukan adalah menginformasikan hal ini dengan bijaksana, contohnya dengan bertanya pada anak; mengapa kamu menangis nak? Dan mungkin dengan tambahan kalimat yang lembut misalnya, kalau kamu sedih boleh menangis kok, asal tidak teriak-teriak ya, nanti tenggorokannya sakit, dan seterusnya.
• Hindari memberi apa yang anak inginkan dengan mudah
Terkadang orangtua sering memberikan sesuatu yang diinginkan si anak supaya tak menangis. Padahal, ini akan membuat anak terbiasa menangis dan cengeng jika menginginkan sesuatu supaya keinginan mereka dapat dituruti. Tentu kita tidak mau jika anak kita seperti ini terus, kan?
• Jangan terpancing emosi
Ini merupakan kesalahan yang paling umum dilakukan. Umumnya, orangtua menganggap membentak akan mengatasi anak yang cengeng. Namun nyatanya dengan membentak tangisan anak semakin menjadi-jadi. Sebaiknya kita/orangtua mampu mengontrol emosi diri sendiri dulu agar dapat mengatasi anak cengeng dengan baik.
2. Anak Pemalu
Pada usia dini, anak sudah dapat berinteraksi dengan lingkungan di sekitarnya. Reaksi anak bermacam-macam, ada yang mudah menjalin hubungan dengan orang lain, ada pula yang masih malu-malu, dan memerlukan waktu yang lama untuk beradaptasi.
Faktor-faktor penyebab anak menjadi pemalu :
• Kurang terampil berteman
• Pola asuh yang mencela
• Sikap orangtua yang terlalu overprotektif
• Anak merasa tidak aman, tidak mempunyai keberanian untuk mengekspresikan dirinya.
• Sikap orangtua yang kurang perhatian
Berikut ini beberapa cara mengatasi anak yang pemalu antara lain:
• Beri dorongan atau pujian atas perilakunya
Cobalah untuk mendekatkan anak pemalu dengan anak yang supel dan banyak bicara. Ini bertujuan agar suasana bermain lebih hidup dan menyenangkan, dan memicu anak ikut aktif bersosialisasi. Beri mereka pujian sekecil apapun misalnya, saat menunjukkan sikap berani mengungkapkan sesuatu ataupun saat tersenyum/tertawa, kita acungi jempol dua atau katakanlah, ” kamu hebat nak”, dan sebagainya.
• Ciptakan suasana yang akrab pada anak pemalu dengan kontak mata dan senyuman
Terkadang anak pemalu masih susah untuk beradaptasi pada lingkungan baru, para orangtua bisa menciptakan suasana yang akrab, dengan kontak mata dan senyuman. Jika di rumah, beri motivasi anak untuk bermain dengan teman sebayanya, tentu dengan bimbingan dan pengawasan orangtua.
• Pancing anak agar mau berbicara di setiap kesempatan
Kalau di sekolah, bisa dengan tugas yang terjadwal, seperti memimpin baris, berdoa, dan sebagainya.
Jika di rumah, kita bisa menanyakan aktivitas yang dilakukan saat di sekolah, dan sebagainya
• Beri anak kesempatan untuk berteman
Jangan membiarkan anak bermain di rumah terus. Sesekali boleh kok memberi kesempatan anak untuk bermain di luar, atau di rumah temannya, bersama teman-teman sebaya atau di luar usia grupnya.
3. Anak Terlalu Manja
Anak yang manja biasanya merupakan cerminan dari didikan orangtuanya. Dalam hal ini, seharusnya orangtua bisa melatih anak untuk melakukan aktivitas sendiri. Anak dengan sifat manja biasanya akan melakukan segala cara agar keinginannya terpenuhi, dan meskipun mereka mampu melakukan sendiri mereka selalu minta dibantu dengan alasan tidak bisa.
Faktor penyebab anak terlalu manja :
• Keadaan rumah yang sangat nyaman
• Selalu mendapat perlakuan special dari orang sekitarnya/ terbiasa dilayani
• Selalu menjadi yang terkecil (anak bontot)
• Dibiarkan memiliki rasa takut mencoba
Cara mengatasi anak yang terbilang manja diantaranya:
• Apresiasi
Ketika anak berhasil mencapai suatu target kemandirian, beri reward yang membuat anak merasa bangga dengan dirinya dan apa yang dicapainya. Ia akan merasa percaya diri dan meyakini bahwa ia mampu melakukannya sendiri.
• Komunikasi
Sampaikan apa yang menjadi harapan orang tua. Katakan saja, misalnya “Rafa sudah besar, jadi mulai sekarang Rafa bisa makan sendiri ya”.
• Bersabar
Kita bisa memulai menerapkan program memandirikan anak. Hindari dan tahan rasa marah jika anak lama dalam melakukan sesuatu. Ingatlah bahwa segala sesuatu butuh proses.
• Konsisten
Jika kita mengatakan mengenai permintaan anak di awal, maka pertahankan kata tersebut hingga akhir. Meskipun harus melihat anak merengek dan menangis. Ini adalah ujian agar orangtua dapat konsisten dengan apa yang dikatakan. (Wul’69)
-
there are no comments yet